Lompat ke konten
Perintis SSpS Jawa

Bara api inspirasi muncul di benak Mgr. Fleeracker, SJ yang melihat kebutuhan adanya sebuah rumah sakit Katolik di Surabaya. Beliau pula yang menyalakan cercah harapan dengan mendirikan RKZ Vereeneging, suatu perkumpulan atau panitia rumah sakit Katolik yang bertugas menangai realisasinya.

Ketika para Yesuit meninggalkan Surabaya dan digantikan oleh imam-imam Lazaris di tahun 1923, api itu diestafetkan dengan baik, di bawah kepemimpinan Pastoor de Backere, CM.

Dengan bantuan Mgr. Verstaellen SVD. Vikep Nusa Tenggara, RKZV menghubungi Pimpinan Jenderal SSpS di Roma dan membuahkan pengutusan Suster-Suster Misi Abdi Roh Kudus untuk melayani di rumah sakit Katolik yang akan segera didirikan di Surabaya.

Adalah Sr. Felicina sebapai pemimpin, Sr. Jezualda, Sr. Manetta, Sr. Aldegonda, Sr. Sponsaria, dan Sr. Stephaniana yang tiba tanggal 1 Mei 1925 di Batavia dan kemudian melanjutkan perjalanan dengan kereta api ekspres melalui Semarang menuju Surabaya. Siang hari tanggal 3 Mei, dengan diinjaknya bumi Surabaya di tanah Stasiun Gubeng oleh keenam misionaris Jawa pertama tersebut, mulailah roda misi Regio Jawa bergulir.

Suatu sambutan hangat di Jl. Oendaan, lengkap dengan taart dan bon-bon seakan menjadi penyemangat untuk melupakan segala keletihan dan segera bekerja, karena dua pasien telah menanti. Hari itu juga para suster sudah mulai bertugas, termasuk jaga malam.

Misi pertama kedatangan SSpS di Jawa memang untuk merawat di rumah sakit Katolik yang akan segera didirikan. Sr. Manetta yang seorang gurupun rela belajar dan bekerja sebagai perawat. Namun siapapun tak mengira bahwa Roh meniupkan Angin IlahiNya dan membawa suster-suster SSpS ke Blitar, di bidang pendidikan. Dan berdirilah Yayasan Yoseph di tahun 1927 beserta sekolah-sekolah di bawahnya…. sebelum berdirinya rumah sakit Katolik yang menjadi misi utama.

Blitar memang menyimpan banyak nilai Sejarah maupun spiritualitas bagi SSpS Provinsi Jawa. Dibukanya karya di Blitar sebelum realisasi rumah sakit Katolik yang menjadi misi utama kedatangan SSpS di Jawa menunjukkan kepekaan para suster generasi perintis akan sentuhan-sentuhan Roh yang hidup dan bertiup ke arah yang Dia kehendaki. Di sana pula para suster kita telah mengembangkan bidang-bidang karya yang berorientasi pada kaum wanita, jauh sebelum masa bangkitnya gerakan-gerakan persamaan hak manusia.

Tanggal 26 Maret 1929 barulah Jawa diresmikan sebagai regio, dengan perlindungan Maria Pengantara Segala Rahmat. Sr. Felicina menjadi regional pertama dan tinggal di RKZ Jl. Oendaan sehingga harus sering mengadakan perjalanan ke Blitar. Sebagai asisten regional adalah Sr. Amadea sedangkan Sr. Jezualda sebagai Mahnerin Ratschwester (sekarang admonitoris) dan tugas procurator diserahkan kepada Sr. Aldegonda. Di tahun 1932, Biara Roh Kudus di Blitar, rumah milik SSpS satu-satunya saat itu, resmi menjadi regionalat pertama.