Rumah Retret Dharmaningsih Claket Mojokerto






Berkarya di tempat tropis bagi para suster yang berasal dari Eropa memakan banyak energi, maka dibutuhkanlah istirahat di tempat yang sejuk untuk memulihkan tenaga fisik maupun psikis.
Tahun 1937, dibelilah rumah dengan tanah seluas 4 hektar untuk istirahat di Claket dari seorang Jerman bernama Mayer. Di malam tahun baru 1949, terjadi penyekapan tiga suster kita, Sr. Robertine, Sr. Casildis, dan Sr. Gerardine dan dua pastor yang kebetulan berada di sana untuk merayakan Natal bersama para suster kita di sana. Atas berkat Tuhan, mereka mendapat perlakuan baik dan akhirnya dilepaskan oleh Tentara Belanda. Para pastor kembali tanggal 9 Januari 1949, sedangkan para suster baru tiba di RKZ tanggal 3 Februari 1949.
Para suster tidak berani ke Claket sampai beberapa waktu lamanya. Tahun 1968, setelah benar-benar aman, para suster kembali. Rumah semula sudah hancur karena ditinggalkan itu, rumah dijarah dan dibakar massa, berkaitan dengan politik aksi pembumi-hangusan. Dengan semangat berkobar, Sr. Ittaberga merintis pembangunan kembali dan juga pengurusan ha katas tanah yang dikuasai pemerintah karena dianggap ditinggalkan oleh pemiliknya.
Sebuah pondok kayu sederhana dibangun di sudut Pondok Anggrek dekat pintu masuk. Para suster dari Surabaya datang dengan ambulance dan melayani di rumah itu sebagai poliklinik. Mula-mula mereka datang seminggu sekali, lalu ditingkatkan dua kali, sebelum akhirnya menjadi rumah pertolongan pertama permanen.
Sedangkan di tempat aga katas, dengan fondasi bekas kandang sapi yang masih tertinggal, dibangunlah satu rumah untuk istirahat suster pada tahun 1972. Rumah ini terdiri dari 4 kamar dengan pendopo di depannya, dan kini kita kenal dengan pondok Bougenville.
Tahun 1974 mulai dibangun susteran dan pada tanggal 8 Desember, pesta Maria tanpa noda asal, rumah baru diberkati dan dinamakan “Dharmaningsih” artinya kelimpahan berkat, di bawah perlindungan St. Martha, teladan pengabdian dalam cinta kasih. Hari ini pula dimulailah komunitas baru ini dan untuk sementara Sr. Ittaberga tinggal sendirian.
Sesuai dengan namanya, Dharmaningsih mempunyai tujuan:
- Sebagai rumah libur dan retret pribadi bagi para religius
- Pertolongan medis pertama. Untuk karya ini, dibangun rumah jaga di dekat gerbang masuk
- Sekolah sosial, yang memberi kesempatan untuk belajar menjahit, memasak, dan perawatan bayi/anak. Sekolah ini terbuka bagi ibu-ibu, gadis-gadis maupun laki-laki yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya.
- Memberi perhatian bagi pembinaan kaum muda, misalnya dengan memberi kesempatan berlibur bagi anak-anak sekolah yang miskin dari kota, dengan bimbingan rohani.
Pengembangan demi pengembangan dilanjutkan untuk memenuhi tujuan di atas. Di atas, di tempat rumah pertama yang telah dihancurkan dan dibakar, dibangun Pondok Cemara. Lalu di hari Selasa, 22 Maret 1994, kompleks pondok Melati, Palma, ruang pertemuan dan dapur diberkati oleh Romo Yosef, SVD, kepala Paroki Mojokerto. Kompleks ini merupakan bagian dari realisasi pengadaan “youth center”, melengkapi area camping ground yang sudah dibuat sebelumnya.
Di penghujung abad ke 20, tepatnya 6 Januari 1999, dimulai proses pembangunan rumah ibadat/Gedung serbaguna dan pada Hari Raya Yesus dipersembahkan di Kenisah tahun 2000, diresmikan dengan pemberkatan oleh P. Pankratius Mariatma, SVD. Hadir pada acara peresmian itu bapak Camat, Lurah, dan pejabat desa lain.