















Komunitas Beata Yosepha Stenmans Pangkalpinang
Pada tahun 2003, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD Uskup Keuskupan Pangkalpinang, bertemu secara langsung dengan Tim Pimpinan Kongregasi di Roma dengan mengutarakan kebutuhan akan tenaga SSpS yang bekarya di Rumah Sakit Bakti Wara Pangkalpinang, Asrama St. Theresia Pangkalpinang dan bidang Pendidikan di Paroki Muntok. Menurut Mgr. Hilarius Nurak, SVD, Tim Pimpinan Kongregasi menanggapi secara positif dan menjanjikan akan berkoordinasi dengan Tim Pimpinan SSpS Provinsi Jawa.
Secara resmi, Mgr Hilarius Moa Nurak, SVD menulis surat tertanggal 4 Maret 2003, untuk permohonan kebutuhan tenaga suster dan meminta membuka komunitas baru guna melayani di Keuskupan Pangkalpinang. Pada tanggal 4 Maret 2003, surat ini mendapat persetujuan dari Tim Pimpinan Kongregasi di Roma, yang mengizinkan membuka komunitas baru di Pangkalpinang dengan pelayanan kesehatan dan pastoral serta pembinaan orang muda.
Pangkalpinang merupakan Ibu Kota Provinsi Babel atau Provinsi Bangka Belitung, sekaligus merupakan kedudukan Keuskupan Pangkalpinang, yang sering dikenal dengan nama Keuskupan Seribu Pulau.
Dalam tahun yang sama, Tim Pimpinan Pro vinsi setelah mendapatkan informasi dari Tim Pimpinan Kongregasi mengadakan survei ke Keuskupan Pangkalpinang, khususnya di RSK Bakti Wara dan Asrama St. Theresia.
Pada pertengahan Agustus 2003, tiga suster diutus ke Pangkalpinang untuk misi yang baru yakni Sr. Natalia Sulis sebagai koordinator Komunitas, melayani bagian pendampingan kaum muda yakni Asrama Santa Theresia, pastoral dan kerumahtanggaan. Sr. Emilia Indah Eko bertugas di bagian keperawatan di RSK Bakti Wara dan Sr. Odilia berkarya bagian Pastoral Core serta mem-bantu di bagian manajemen dalam rangka persiapan pendirian RSK Bakti Wara Pangkalpinang.
Guna memperlancar perutusan dan pelayanan para suster, maka Keuskupan menyediakan satu rumah biara yang cukup lengkap, yang sebelumnya ditempati oleh para suster CB. Rumah ini menjadi Komunitas SSpS di Pangkalpinang yang pertama. Pada tanggal 14 September 2003, komunitas SSpS di Pangkalpinang secara resmi dibuka dengan misa kudus yang dipimpin oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD dengan nama Komunitas Josepha Hendrina Stenmanns Pangkalpinang. Sejak saat itulah para suster SSpS secara resmi berkarya dalam bidang kesehatan, pembinaan kaum muda (Asrama Putra dan Putri SMA Tunas Karya Pangkalpinang) dan Pastoral Umat.
Sebelum para suster menuju misi baru ini, para suster dibekali secara rohani dengan rekoleksi bersama. Dalam hidup bersama, para suster mengalami kepercayaan dan dukungan antar sesama suster, saling menghargai, saling terbuka, saling mengampuni, kerja sama yang baik, dan berbagi suka dan duka.
Para suster terlibat secara aktif dalam kegiatan umat di Komunitas Basis Gereja (KBG) dengan memberikan renungan, memimpin Ibadat Sabda, kunjungan umat, dan juga memimpin Ibadat Pemakaman. Di samping itu, kesibukan awal yang cukup menyita waktu yakni penyusunan visi misi RSK, penyusunan perjanjian kerja sama dengan karyawan, peraturan rumah sakit, pengenalan dan pelatihan Pastoral Care sebagai bagian hakiki dari Rumah Sakit Katolik. Pelayanan di RSK Bakti Wara dan pembinaan Asrama Putra dan Putri Santa Theresia Pangkalpinang berkem-bang dengan baik, dan para suster dapat membantu dengan baik.
Pada tahun 2020, RSK Bakti Wara Pangkalpinang mengalami kesulitan dalam pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, operasional penyelenggaraan diambil alih oleh Praya Group. Karena terjadi perubahan visi dan misi, dan sudah tidak lagi menjadi Rumah Sakit Katolik, para suster meninggalkan keterlibatannya dalam pelayanan di Rumah Sakit Bhakti Wara pada tahun 2021, tetapi tetap melayani di Asrama St. Theresia dan sebagai tenaga pengajar di Yayasan Tunas Karya Pangkalpinang hingga sekarang.
Nilai-nilai yang dihidupi oleh Komunitas: semangat persaudaraan, keramahtamahan, siap sedia membantu, keterbukaan hati menerima setiap orang yang datang ke Komunitas, peduli, mau berbagi dan berbelas kasih, terutama kepada orang kecil.
Sumber : Buku 100th SSpS Provinsi Jawa “Menari Bersama Sang Api”