






Komunitas St. Antonius Lombok
Pada 19 Maret 1952, Sr. Arnulpha yang saat itu Regional Jawa dan Pemimpin RKZ, Sr. Winfrida berangkat ke Lombok untuk meninjau misi baru itu. Berikutnya, pada tanggal 3 Mei 1952, Suster Felicina sebagai Assiten Regional mengantar Sr. Ittaberga, Sr. Marthana, dan Sr. Gebhardina sebagai suster pertama, dengan Sr. Ittaberga sebagai Pemimpinnya.
Kerusuhan SARA (suku, agama, dan ras) yang terjadi di Lombok pada penghujung 1999 sempat memaksa para suster mengungsi ke Jawa. Paral suster pun dapat tiba di Surabaya dengan sela mat, dan setelah kondisi dianggap cukup aman mereka pun kembali. Paskah pada bulan April ta-hun 2000, anggota komunitas telah lengkap dan kembali menjalankan pelayanan seperti biasa.
Saat situasi pandemi Covid-19 makin meluas. untuk mengurangi penyebarannya, berdasarkan surat dari Keuskupan Denpasar dan Pemerintah NTB (Nusa Tenggara Barat), maka tidak ada misa di gereja. Acara di Komunitas setiap hari pukul 05.45 WITA adalah Ibadat Sabda di kapel, dan malam hari Adorasi dengan intensi khusus berdoa novena bagi Pembebasan Virus Corona. Para suster melakukan retret pribadi.
Tanggal 21 April 2020, tanah milik Yayasan Santo Antonius Ampenan seluas 2.560 m² yang ada di Desa Mambalan, Kelurahan Gunungsari, Lombok Barat, dijual kepada Bpk. H. Abidin. Tanah berupa kebun tersebut harus segera dikosongkan karena akan diolah menjadi lahan persawahan. Para suster dengan dibantu oleh tiga orang staf RSK Santo Antonius Ampenan menebang pohon pepaya dan mengambil semua buahnya serta pohon singkong. Hasil panen pepaya kurang lebih 5 karung, dibagikan kepada para karyawan RSK Santo Antonius Ampenan, di samping untuk kebutuhan dapur rumah sakit.
Situasi RSK Santo Antonius yang dalam ke-prihatinan dan juga Poli Kopang, membuat para suster memikirkan dan berusaha dengan berbagai cara untuk bisa bangkit dan hidup, bahkan dengan menjual makanan yang dimasak oleh salah satu suster. Para suster selalu mendiskusikan dalam pertemuan komunitas untuk me-nemukan cara-cara bagaimana mengatasi kepri-hatinan yang ada. Dukungan doa dari para suster seluruh provinsi adalah kekuatan untuk terus bertahan melangsungkan kehidupan rumah sakit dan komunitas.
Para suster terlibat dalam pelayanan di paroki, doa lingkungan, kegiatan pastoral dan katekumen, serta mengikuti kursus pastoral selama 6 bulan yang diselenggarakan oleh IPI Malang via Zoom. Suster yunior membarui kaul di paroki. Para suster juga mengunjungi mitra misi yang sakit, khususnya Bapak Simah, yang telah menyelamatkan RSK Santo Antonius yang akan dibakar saat terjadi kerusuhan, dengan menjaga keamanan rumah sakit.
Komunitas cukup terbuka dalam menerima tamu dari luar dengan tinggal bersama para sus-ter, baik itu para suster kongregasi lain, surveyor akreditasi, perawat RKZ Surabaya yang tinggal beberapa bulan untuk memberi pelatihan bagi para perawat RSK Santo Antonius Lombok dan tamu rumah sakit lainnya. Di kapel Komunitas pernah dibaptis seorang anak berkebangsaan Prancis yang bernama Bernadette Violenta A.W. Gjiem Giroud, pada Desember 2019. Pada hari raya Lebaran, para suster melakukan kunjungan atau silaturahmi kepada para tokoh agama (kiai atau Tuan Guru), para pejabat pemerintahan, dan mitra misi.
Nilai-nilai yang dihidupi oleh Komunitas ada-lah: keterbukaan, persaudaraan, cinta kasih, soli-daritas, dan kepercayaan.
Sumber : Buku 100th SSpS Provinsi Jawa “Menari Bersama Sang Api”