Komunitas St. Maria Batu
Perlunya libur dan istirahat bagi para suster, memunculkan dua pilihan, apakah membangun kembali rumah libur di Claket yang telah lama ditinggalkan itu atau membeli satu rumah di Batu yang ditawarkan melalui romo Karmel.
Situasi rawan di Claket menjauhkan pemikiran untuk bisa segera menggunakan rumah itu lagi. Sedangkan rumah di Batu itu mempunyai banyak kelebihan seperti lokasinya yang dekat dengan biara Karmel dengan novisiat dan mahasiswa-mahasiswa teologinya, sehingga para romo bersedia misa harian secara bergiliran ke susteran dan untuk hari Minggu dan Hari Raya bisa ke Gereja Paroki yang letaknya tidak terlalu jauh. Mudahnya transportasi membuat pembelian rumah dengan tanah 6000m2 itu pun ditutup karena beberapa kongregasi lain juga berminat terhadap rumah itu.
Oleh karena itu, pada tahun 1954 dibelilah sebuah rumah di Batu yang pada awalnya tanpa jendela, pintu, dan penerangan. Namun para suster kita berani menempatinya. Inilah Biara Santa Maria. Setiap akhir pekan, mereka mendapat kiriman bahan makanan dari RKZ Surabaya.
Sabtu, 20 Februari 1954, satu hari setelah pemakaman Sr. Richaria di Surabaya, dilaksanakan pemberkatan biara St. Maria, dengan Misa Kudus di Kapel kecilnya oleh Mgr. Albers dari Malang. Komunitas baru pun berdiri dengan pemimpin pertamanya Sr. Felicina.
Tak lama kemudian, seseorang menjual tanah dengan puing bekas gedung yang terletak di seberang Biara St. Maria kepada SSPS. Suster kita membelinya dan gedung lama di sebelah kanan dijadikan rumah Novisiat dengan nama pelindung Santo Mikael. Tanggal 15 Juni 1963, para novis pindah ke sini. Selanjutnya, pada tahun 1984, bagian Biara Santa Maria, bekas poliklinik yang telah direnovasi dan ditambah di bagian belakang, dijadikan Novisiat.
Komunitas Santa Maria selalu menjadi tempat untuk menyiapkan para suster kaul kekal se. belum berangkat ke tanah misi dengan istilah Orientasi Misi Bersama (OMB). Komunitas Santa Maria juga pernah menjadi rumah Novisiat pada tahun 2010, dengan jumlah novis tiga orang suster. Para suster mengikuti kegiatan rohani ber. sama dengan beberapa kongregasi atau ordo yang ada di Batu. Juga, menjadi rumah studi untuk beberapa suster SSpS dari beberapa provinsi.
Memenuhi permintaan Bapak Uskup Malang, sekaligus untuk mengenal masyarakat setempat, pada tahun 1958 dibuka poliklinik di bangunan samping. Klinik ini tercatat sebagai karya atas nama Yayasan Arnoldus meskipun tanah yang digunakan dibeli dengan sertifikat atas nama Yayasan Yosef. Ini terjadi karena pihak yang berwenang di bidang Kesehatan sudah mengenal dan mempunyai kepercayaan kepada Yayasan Arnoldus sehingga mereka berharap Yayasan Arnolduslah yang bertanggung jawab atas karya ini.
Tahun 1966, bekas bangunan lama di sebelah kiri dibangun seadanya tanpa mengubah fondasi asal dan dibuka BKIA dan Klinik Bersalin “Margi Rahayu” di lantai dasar sedangkan lantai dua yang dari kayu digunakan untuk asrama karyawan.
Dengan pindahnya lagi novisiat ke Surabaya tahun 1967, gedungnya dijadikan poliklinik, sehingga poliklinik dan klinik bersalin bisa menjadi satu lokasi.
Kemudian, di tahun 1984 bagian biara St. Maria bekas poliklinik yang telah direnovasi dan ditambah di bagian belakangnya, dijadikan novisiat.
Sumber : Buku 100th SSpS Provinsi Jawa “Menari Bersama Sang Api”