Lompat ke konten

Komunitas Josef Fu Kepi

Tahun 2016, Provinsi Jawa dikagetkan dengan kehadiran Mgr. Nikolaus Adi Saputra, MSC, Uskup Agung Keuskupan Agung Merauke yang datang sendiri ke Provinsialat SSpS Provinsi Jawa, untuk mengantarkan surat permohonan kehadiran SSpS di Keuskupan Agung Merauke. Kebetulan sekali para suster Penyelenggaraan Ilahi (PI) pada saat itu menarik semua anggota-nya karena kekurangan tenaga. Oleh karenanya, para suster Pi bersedia menyerahkan semua peralatan rumah tangga kepada SSpS bila SSpS mau menggantikan berkarya di Kepi-Merauke.

Dalam suratnya, Bapak Uskup Merauke mengungkapkan kebutuhan tenaga suster di Asrama Kizito dan juga di SD YPPK St. Yusup Kepi. Setelah mendapat izin dari TPK di Roma, maka pada bulan Agustus 2016 Sr. Marieta, Sr. Krisna, dan Sr. Romana berangkat ke Kepi Merauke. Mereka memulai karya pertama di Asrama Putra Kizito dan juga terlibat dalam memulai Taman Kanak-kanak Kampung Baru Kepi Merauke. Asra-ma Putra Kizito kemudian berkembang menjadi seminari kecil dengan nama Asrama Seminari Kecil Kizito. Keberlangsungan kebutuhan hidup asrama seminari kecil Kizito mendapat bantuan dana dari Pemerintah Mappi.

Saat ini para suster berkarya di Sekolah Dasar, TKK, dan di Asrama Seminari Kecil Kizito, serta dalam kegiatan pastoral umat. Di samping itu, para suster juga berkegiatan bersama ibu-ibu anggota Kerahiman Ilahi, seperti membuat rosario dan merangkai bunga dari bahan-bahan bekas, dan memberikan pelatihan membuat sagu. Para suster melayani umat saat Natal dan Paskah dengan asistensi ke desa-desa terpencil

yang jaraknya jauh, jalanan yang berbatu dan berlumpur, bahkan harus dengan menyeberang sungai dengan “ketinting atau belang”-nama alat transportasinya.

Kepi dikenal dengan sebutan “kota sejuta rawa”, yaitu nama yang sesuai dengan situasi geografisnya karena di mana-mana terhampar rawa-rawa, yang menjadi pemisah dan peng-hubung antar-daratan. Kota sejuta rawa ini men-jadikan para suster memiliki pengalaman ketika asistensi Natal melayani Ibadat Sabda. Dalam asistensi ini, para suster mengalami kesulitan salah jalan, speed macet, tebu rawa yang lebat, dan sopir yang tidak tahu arah jalan, sehingga Ibadat Malam Natal batal dilayani dan umat yang menunggu pun akhirnya pulang. Umat baru bisa dilayani pada Ibadat Natal pagi. Para suster selalu melayani ke stasi, baik untuk memimpin Ibadat Sabda, melatih anak membaca, doa kerahiman bersama kelompok kerahiman, dan mengikuti rekoleksi bersama.

Tanggal 21 September 2017, Komunitas Kepi disahkan menjadi komunitas yang mandiri. Santo Yosef Freinademetz (Josef Fu) dipilih menjadi pelindung komunitas karena di tempat ini terdapat banyak kekerasan; Kekerasan dalam Rumah Tangga; serta baik orang tua, orang muda, maupun anak-anak suka mabuk mabukan. Para suster belajar dari Santo Yosef Freinademetz yang datang ke Cina pertama-tama karena terdorong oleh cinta kasih kepada sesa ma dan kerinduan untuk menolong sesama yang belum beriman. Hadir sebagai pionir dan perin. tis pembawa dan pewarta kasih Tuhan kepada sesama, SSpS pun tergerak menjadi pionir dalam menanggapi situasi umat setempat.

Sumber : Buku 100th SSpS Provinsi Jawa “Menari Bersama Sang Api”