PERESMIAN OMAH LAUDATO SI SSpS JAWA
Senin, 15 Januari 2024 cuaca pagi Kota Batu cerah berawan. Suasana di Klinik Pratama Margi Rahayu lain dari biasanya. Selain kunjungan pasien untuk berobat ada pula sekitar 150 orang tamu undangan dari berbagai kelompok masyarakat berada di kebun tengah klinik. Mereka yang hadir, para biarawan-biarawati sekitar kota Batu; SVD, Ordo Carmel, CDD, CP Putra dan Putri, PIJ, Alma, Pak Yahya, Ketua RT, PARK, mitra misi SSpS dari komunitas-komunitas terdekat, tetangga sekitar, DPP Paroki Gembala Baik, WKRI, Kristin, perwakilan Tim Animator Laudato Si Indonesia, Muji Dwi Leksono, SH, MM Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Batu, beserta dua orang stafnya; Verdian Budi Santoso, ST, Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Pengelolaan Limbah B3 serta Ratna Dwi Utami Juliani, SP. M. Lingkungan, Fungsional Pengawas Ahli Muda. Hadir pula para Suster SSpS dari komunitas Batu, Surabaya, Claket, dan Blitar.
Tepat pada Pesta St. Arnoldus Janssen, Pendiri Kongregasi SVD, SSpS, dan SSpSAp, Omah Laudato Si SSpS diresmikan seraya juga bersyukur atas hasil akreditasi Paripurna Klinik Pratama Margi Rahayu. Acara syukuran diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh tiga Romo Konselebran; Romo Agi, O.Carm, Kepala Paroki Gembala Baik Batu, Romo Djoko Wayan, SVD dan Romo Isdaryanto, SVD. Dalam homilinya, Romo Isdaryanto membuka wacana umat yang hadir tentang Laudato Si dan Laudate Deum. Dua ensiklik Paus Fransiskus yang berbicara tentang krisis ekologi dan anjuran apostoliknya untuk menguatkan kembali tanggapan Gereja dan seluruh dunia mengatasi perubahan iklim. “Gerakan merawat bumi saat ini merupakan tindakan mendesak yang menjadi tanggungjawab semua penduduk bumi”, ungkap Romo Is. Romo juga menyampaikan harapan agar Omah Laudato Si yang diresmikan ini menjadi sarana pewartaan bahwa pada mulanya Allah menciptakan segala sesuatu baik adanya kiranya kita juga meneladan St. Arnoldus yang memiliki relasi mendalam dengan Allah, sesama dan semesta.
Usai berkat penutup; Romo Agi, O.Carm dan Romo DJoko Wayan, SVD berkeliling memberkati area kebun organik didampingi Sr. Mawartina, SSpS dan Sr. Verena, SSpS. Acara yang dipandu oleh Sr. Sebastiana, SSpS dan Indra Prasetya, mitra misi dari Blitar mempersilakan para tamu undangan untuk menikmati snack kue-kue tradisional, dan minuman teh, kopi dan juice serta buah segar yang dikumpulkan dari komunitas-komunitas SSpS terdekat.
Acara ramah tamah dilanjutkan dengan sambutan dari Muji Dwi Leksono, SH., MM, Kepala DLH. Sambutan Pak Muji yang disampaikan dengan penuh semangat dan sarat makna, disambut penuh perhatian oleh para tamu. Sesekali diwarnai oleh tawa sukacita. Sebagai wakil pemerintah yang hadir, beliau menyatakan dukungan dan apresiasinya kepada para suster atas komitmennya memelihara kelestarian alam. DLH juga menyampaikan dukungannya berupa bantuan pupuk organik sebanyak 200 sak @3 kg, komposter 20 ember, dan eco enzim, serta siap mendukung untuk kegiatan selanjutnya. Pak Muji yang baru menjabat satu bulan sebagai Kepala DLH menceritakan bahwa salah satu programnya adalah menutup TPA (Tempat Pembuangan Akhir) kota Batu. Meskipun kebijakan ini banyak mendapat tantangan tetapi beliau maju terus sampai ada TPA baru, yaitu Tempat Pengelolaan Akhir artinya bahwa sampah telah dipilah, diolah secara benar dan memiliki nilai manfaat. Selesai menyampaikan sambutannya, Pak Muji secara simbolis menerima ucapan terima kasih dari para Suster SSpS yang diwakili oleh Sr. Ignata, SSpS, Provinsial SSpS Provinsi Maria Bunda Allah – Jawa, dengan memberikan souvenir hand sanitizer dan sabun cair produk turunan Eco Enzyme yang dibuat oleh Sr. Antonia, SSpS beserta para suster dan mitra misi di Komunitas St. Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya.
Setelah memberikan souvenir, Sr. Ignata menyampaikan sambutnya. Secara garis besar Sr. Ignata menyampaikan bahwa pilot project Omah Laudato Si SSpS adalah bentuk nyata dari Resolusi no. 10 Kapitel Provinsi Maria Bunda Allah Jawa yang ke-13 tentang perwujudan gerakan Laudato Si sebagai provinsi untuk merawat bumi dengan cara optimalisasi lahan-lahan biara secara organik dan di sini akan menggunakan pola pengairan irigasi tetes. Jika proyek ini berjalan baik, akan menjadi tempat belajar dan akan diikuti yang lain. Omah dalam bahasa Jawa berarti rumah/ tempat tinggal. Dan dapat juga berarti rumah dalam arti sesungguhnya atau rumah yang lebih besar yaitu bumi sebagai tempat tinggal segala makhluk, ciptaan. Bumi perlu dipulihkan dari keadaannya yang rusak saat ini agar menjadi tempat yang lebih layak huni bagi kita sekarang dan bagi generasi yang akan datang.
“Lahan kebun di Klinik Margi Rahayu menjadi lokasi yang dipilih. Sejak dulunya, Klinik Margi Rahayu sudah mempunyai kebun yang ditanami sayur mayur dan buah-buahan namun masih dikelola secara konvensional”, ungkap Sr. Mawartina dalam kesempatannya bercerita tentang lahan di klinik Margi Rahayu. Sekitar dua tahun ini Sr. Mawartina, bersama Sr. Verena, Pak Juri dan Pak Kirnu serta Pak Kasdi yang baru bergabung sebagai tenaga harian lepas, menggarapnya secara organik dengan menggunakan pupuk dan pestisida alami.
Ceremony peresmian Omah Laudato ditandai dengan melepaskan tali untuk membuka banner Omah Laudato Si SSpS disertai pemukulan gong oleh Sr. Ignata didampingi Pak Muji kemudian dilakukan penanaman bibit sayur di lahan dan pembukaan kran sistem irigasi tetes. Penanaman sayur di lahan diikuti beberapa perwakilan tamu kemudian dilanjutkan dengan safari keliling kebun dan klinik. Dalam ceremony ini para tamu secara khusus juga diundang untuk mendoakan ’Doa Kehidupan dan Doa untuk Bumi’ dari buku doa Laudato Si. (Sr. Sisilia Andri, SSpS)




